Mengajarkan Iman Dan Agama Pada Yang Tidak Seiman ! (Beda Itu Indah )
Oleh : Tanus Korbaffo
Gedung SMPK Sta.Theresia Kupang
9 Januari 2003,
hari yang bersejarah dalam hidupku. Seusai menyelesaikan pendidikan S1 di IPI
Malang-Jawa Timur, dimana saya bersama teman – teman di wisuda dan diutus
dengan misa meriah yang dipimpin oleh Y.M Uskup Malang, 29 September 2002,
meski banyak tawaran, namun saya memilih kembali ke NTT.
9 Januari 2003,
masih dalam suasana natal, saya menginjakan kaki pertama kali di SMP Katolik
Sta.Theresia Kupang dan tercatat sebagai guru di sana. Bulan Januari merupakan
semester genap (kenaikan kelas). Saya bahagia karena bisa mengajar di sekolah
itu.
SMP Katolik
Sta.Theresia Kupang, sekolah yang dikelola (milik) para suster SSpS Timor ini,
terkenal disiplin dan mengukir banyak prestasi di kancah nasional dan daerah.
Karena terkenal disiplin dan memiliki sejumlah prestasi serta kegiatan ekstra
dan keagamaan yang kental, sekolah ini menjadi incaran orang-orang yang lumayan
baik ekonomi keluarga, untuk memasukan anak-anak mereka di sekolah ini.
Ada yang menarik
dan patut dicatat atau perlu diketahui, bahwa meskipun sekolah ini, adalah
sekolah Katolik, namun tidak semua siswa di sekolah ini beragama Katolik, malah
jumlah siswa Katolik dan non Katolik hampir berimbang. Misalnya tahun ajaran
2019/2020 jumlah siswa 578. Dari jumlah ini, 250 siswa beragama non Katolik.
Biasanya ada
semacam surat pernyataan, yang dibuat/ditandatangani oleh orang tua dan anak,
bahwa harus bersedia mengikuti segala peraturan di sekolah, termasuk mengikuti
kegiatan-kegiatan rohani Katolik di sekolah, termasuk bersedia mengikuti
pelajaran agama Katolik.
Pengalaman saya
selama menjadi guru di SMPK Sta.Theresia sejak 9 Januari 2003, belum pernah ada
masalah intoleransi di sekolah itu. Ada misa Jumat I tiap bulan, semua siswa di
wajibkan ikut.
Setiap menjelang
ujian akhir, siswa kelas 9 harus mengikuti retret akhir tahun, semua siswa
diwajibkan ikut dan sejauh ini, tidak ada masalah. Pembinaan rohani / kelas
tiap hari Sabtu sampai Minggu. Bahkan ada siswa non Katolik yang lebih aktif dari siswa Katolik.
Di SMPK
Sta.Theresia Kupang, tidak ada perbedaan siswa katolik dan non Katolik. Yang
membedakan hanya pada saat sambut pada misa Jumat I atau misa syukur lainnya,
siswa non Katolik tidak menerima komuni suci.
Sekali lagi,
perbedaan itu indah, kalau kita melihat perbedaan itu sebagai anugerah dari
Allah yang mesti dijaga. Saya mengajarkan ilmu agama katolik dan iman Katolik
bertahun-tahun pada siswa yang bukan beragama Katolik, tidak ada masalah karena
saya tidak pernah membedakan yang katolik dan non Katolik.
Di SMP Katolik
Santa Theresia Kupang, ada siswa yang Bergama Hindu, ada yang beragama Budha, Islam
dan Protestan, semua siswa diperlakukan sama, tanpa membeda-bedakan. Semua
siswa diberi cinta dan perhatian yang sama, bahkan dalam hal tertentu saya
lebih memperhatikan yang minoritas di sekolah itu.
Saya mengajarkan
agama Katolik pada siswa saya yang bukan beragama katolik. Saya memperkenalkan
dan mengajarkan iman Katolik pada siswa saya yang beragama non Katolik, tapi
saya tidak pernah mengajak siswa non Katolik untuk menjadi katolik. Prinsip
yang saya pegang teguh selama ini adalah, mereka tidak harus menjadi katolik
biarkan mereka menjadi orang bukan katolik tetapi berprilaku baik, mereka telah
menjalankan ajaran Kristus.
Agama bukan
tujuan, tetapi sarana yang menghantar kita menuju Allah pencipta segala sesuatu.
Pertanyaan rutin
yang selalu saya tanyakan pada siswa baru, saat saya berdiri di depan kelas
mereka untuk pertama kalinya, setelah perkenalan adalah “ Agama manakah / apa
yang paling benar menurut anda”? Pertanyaan lanjutanya, “Mengapa agama itu yang
paling benar”?. Jawaban yang diharapkan
dari anak-anak, adalah : Untuk yang beragama Islam, agama yang paling benar
adalah Islam, mengapa, karena itulah agama yang saya anut saat ini. Atau agama
yang paling benar adalah “ Katolik”, karena itulah agama yang saya anut saat
ini, dstnya.
Sekali lagi beda
itu indah, karena perbedaan itu indah dan memperkaya, maka saya berjuang untuk tidak
menodai keindahan itu dengan egoisme saya.
Terima kasih
anak-anak yang pernah menjadi siswa / murid saya di almamater tercinta SMP
Katolik Santa Theresia Kupang, jadilah kunang-kunang kecil ditengah gelapnya
malam saat ini.
Salam cinta.
Bello-Kupang,
Pukul 21.33 Menit
Jumat, 23 April
2021
Tanus Korbaffo
Komentar
Posting Komentar