KETIKA CINTAI DI NODAI
KETIKA CINTA DI NODAI
(Refleksi Atas Kasus Polisi Bakar Polisi Di Mojokerto, Sabtu 8 Juni 2024
Saat
saya masuk di sebuah rumah makan, di sebuah kamar kecil ada satu tulisan di
balik pintu, “ Laki-laki banyak lika liku membuat luka luka akhirnya tidak laku
laku”. Kebetulan saya membawa spidol, saya menambah tulisan itu, “ Karena itu,
hati-hati memberi hati banyak hati merusak hati”.
Berbicara
tentang makna cinta, tidak seorang ahli bahasa di muka bumi ini yang mampu
mendefenisakannya dan dapat diterima oleh semua pelaku dan penikmat cinta.
Ketika saya bertanya arti cinta pada sepasang sejoli yang sedang kasmaran,
mereka akan berucap “ cinta adalah sesuatu yang gatal di hati yang sulit untuk
digaruk”. Ketika saya bertanya arti cinta pada seorang ayah atau seorang ibu,
mereka akan berkata cinta adalah “memberi tanpa menuntut balasan”.
Cinta
satu kata yang paling banyak di ucapkan, paling banyak di kotbahkan namun penerapannya
tidak semudah yang diucapkan.
Seorang
kakek pernah berucap, bahwa sejarah tak melulu mewariskan kisah perang, atau
kisah orang hebat dengan segala kehebatannya, namun sejarah mewariskan kepada
kita kisah cinta yang patut direfleksikan.
Dari
kisah-kisah cinta yang sejarah wariskan, kita belajar bahwa cinta tak selamanya
berakhir dengan indah, namun tak sedikit kisah cinta yang
berakhir tragis. Sebut saja kisah cinta Cleopatra
dan Mark Antony atau kisah cinta Ratu
Victoria dan pangeran Albert, sosok yang dikenal punya kepribadian menarik,
cerdas, baik hati dan sempurna di mata Ratu. Sayangnya Pangeran Albert
meninggal di usia 42 tahun. Meninggalkan Ratu Victoria yang patah hati karena
cintanya yang begitu dalam.
Bertahun-tahun
lamanya, Ratu Victoria tak pernah sembuh dari patah hatinya. Dan duka itu
dibawanya sampai mati, dan masih banyak kisah cinta yang berakhir tragis.
Kita
juga pasti pernah mendengar kisah cinta Jack
– Rose dalam peristiwa tenggelamnya kapal Titanic.
Dila
sang polwan cantik bernama lengkap Fadhilatun
Nikmah, mencabut nyawa suaminya sendiri, Rian
Dwi Wicaksono dengan dibakar hidup-hidup di kompleks Asrama Polisi Polres
Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu 8 Juni 2024, menambah deretan kisah cinta yang
berakhir tragis.
Peristiwa
Sabtu kelabu di Asrama Polisi Polres Mojokerto, 8
Juni 2024 menjadi isyarat “Jangan pernah menodai cinta suci, apalagi melukai
dan terus melukai hati yang telah diserahkan seutuhnya kepadamu.
Ingat
! di dalam hati ada empedu dengan bungkusan / gantungannya. Empedu memang
sangat pahit, kita tidak tahu mengapa di hati terdapat empedu, mungkinkah sebagai
isyarat agar jangan pernah main-main dengan hati karena di dalamnya ada empedu,
kalau tidak hati-hati empedu akan bocor dan sangat fatal akibatnya.
Dila
sang polwan cantik, yang mencabut nyawa suaminya sendiri, Rian Dwi
Wicaksono dengan dibakar hidup-hidup di kompleks Asrama Polisi Polres
Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu 8 Juni 2024, mungkinkah sebagai akibat bocornya
empedu yang ada di dalam hati ?.
Ada yang bilang,
cinta sejati terukur ketika pasangan tak berdaya, namun kasus tewasnya Rian
yang dihabisi oleh belahan hatinya dengan dibakar hidup-hidup tidak masuk dalam
takaran ini, kisah Sabtu kelabu ini masuk dalam kategori cinta yang terus
menerus di nodai oleh egoisme dan prilaku buruk .
Ada suami tertentu yang lupa kalau dia sudah
beristri dan memiliki anak, ia ingin menikmati dunianya tanpa peduli akan istri
dan anak, padahal suami (semua untuk anak maupun istri) bukan semua penghasilan
untuk urusan judi, dan kesenangan lainnya.
Kisah
piluh, Sabtu 8 Juni 2024 tidak akan terjadi kalau kita berhati hati menjaga
hati agar tidak melukai hati yang sangat mencintai kita.
Senin, 17 Juni 2024
Tanus Korbaffo
Komentar
Posting Komentar