Oborkupang....Dunia Kelam !
Kisah Nyata !
Yang
Terluka Dan Terluka !
Entah setan apa yang merasuki pikirannya.
Dulunya terkenal penurut, penuh perhatian dan cinta pada anak-anak dan
suaminya, namun belakangan menjadi pemarah dan kebanyakan menyendiri.
Tahun pertama suami pergi merantau, ia
masih aktif dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan dan kerohanian, namun
memasuki tahun kedua, ia jarang terlibat. Tingkahnya yang aneh ini mengundang
tanda tanya dari orang – orang sekitar dan bahkan keuarga besarnya.
Maklumlah hidup di daerah yang masih
kental dengan tradisi atau budaya. Belum lagi orang-orang sekiar bukan orang
lain, melainkan masih memiliki ikatan darah atau keluarga.
Suatu sore, di hari Jumat seorang yang
dituakan dalam wilayah itu, berkunjung ke rumah semi permanan itu, untuk memastikan
desas desus yang berguling bagaikan bola guling
yang digulingkan diatas papan.
Ternyata kabar miring yang selama ini
menghantui telinga dan hati sang tetua adat itu benar. Mina (bukan nama sebenarnya) saat dikunjungi
sang tetua adat itu, ia sedang membersihkan kacang nasi di ruang tengah rumah semi permanen itu. Biasanya kalau ia (Mina)
keluar rumah, sehesai kain panjang pasti di bawah dengan tujuan menutup
perutnya yang kian hari kian membesar. Saat mendengar suara panggilan dari tua
adat tadi, ia ingin meraih kain untuk menutupi perut buncutnya, namun sudah
terlambat, sehingga nampak jelas dimata sang tua adat perubahan tubuh si Mina.
Hari berganti hari-hari, bualanpun ikut
bergerak dari satu ke bulan berikutnya. Kabar tidak sedang itu, akhir terbang
dan mendarat di kuping si suami tercinta yang bergulat dengan ribuan pohon
kelapa sawit. Kabar tidak sedap itu membuat sang suami sangat terpukul,
tersayat dan akhirnya terluka dan terluka. Ia ingin berteriak, ia sangat marah ,
mengapa istrinya yang dicintai tega melukai hati tulusnya.
Dalam kemarahannya itu, ia ingin
menceraikan istrinya yang melukai hatinya. Ia sangat marah, mengapa istrinya
tidak menyanyanginya yang membantu tulang, mencucurkan keringat, terkadang
berjuang dengan maut yang sesewaktu bisa datang merenggutnya nyawanya, tatkala
berpasan dengan ular berbisa di hutan sawit nan lebat itu?
Mengapa ia rela mengkhianatinya? Itulah pertanyaan yang selalu menghantui
dirinya, ketika kabar buruk itu menjadi bagian dari hidupnya. Hati suami
siapakah yang tidak terluka ketika setega itu istri yang ia cintai ternyata
memadu kasih dengan orang lain, bahkan sampai melahirkan anak yang bukan dari
darah dagingnya?
Anak haram (sebuatan dari sekampung), akhir lahir kedua
dalam keadaan selamat, meski kehadirannya sama sekali tidak dikehendaki malah
melahirkan luka.
Paul ( bukan nama sebenarnya) ayah
biologis dari anak haram itu, akhirnya menghindar, ketika menyadari kalau yang
ia lakukan itu salah secara agama, salah secara adat dan intinya serba salah.
Syukurlah ! ketika melewati permenungan
panjang, sang suami akhirnya rela menerima anak itu dan tercatat dalam Kknya
sebagai anak kesekian. Satu permintaannya semoga istrinya tidak mengulangi lagi
perbuatan tak bermartabat itu.
Ketika menyadari bahwa suami memaafkan
selingkuhannya itu, auah biologis dari anak tak berdosa itu, mengakui
kesalahannya dan bersedia di denda adat. (tanus Korbaffo)
Komentar
Posting Komentar